Kamis, 23 Februari 2012

PROSEDUR PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHII DENGAN KASUS FRAKTUR DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 Nopember 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai.
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan. Adapun pemeriksaan radiologi ada dua macam yaitu :
a.    Pemeriksaan sederhana, Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang termasuk pemeriksaan sederhana antara lain, pemeriksaan pada tulang belakang, tulang kepala, tulang panjang, tulang dada dan sebagainya.
b.    Pemeriksaan canggih, Merupakan pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan media kontras. Yang termasuk pemeriksaan canggih antara lain, pemeriksaan pada traktus urinarius, saluran pencernaan, pemeriksaan pada pembuluh darah, pemeriksaan pada pembuluh limfe dan sebagainya.
Pemeriksaan ossa antebrachii adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Indikasi pada ossa antebrachii yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur adalah discontinuitas dari jaringan tulang ( patah tulang ) yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Proyeksi yang digunakan dalam permeriksaan ossa antebrachii di RS Pertamina Cirebon adalah proyeksi AP dan Lateral. Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyrksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur. Dengan alasan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judul ” Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon”.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yg telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan identifikasinsebagai berikut :
•    Bagaimana penetalaksanaan pemeriksaan Ossa Antebrachii di RS Pertamina Cirebon dengan klinis Fraktur.

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1.    Untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja Lapangan I Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Cirebon.
2.    Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan ossa antebrachii di Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon.
3.    Untuk mengetahui sejauh mana pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon dalam membantu diagnosa suatu penyakit atau fraktur.

D.    Manfaat Penulisan

1.    Manfaat teori
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta memberikan informasi kepada pembaca mengenai pemeriksaan ossa antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral.
2.    Manfaat praktek
Mengetahui tata laksana pemeriksaan Ossa antebrachii dengan kasus fraktur di Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon.


BAB II
DASAR TEORI


1.     Anatomi Ossa Antebrachii

Antebrachi terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus memperhatikan syarat pada setiap pemerksaan tulang panjang, selain objek inti yang kita foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal humerus.


a.    Radius
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
•    Ujung atas radius
Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendondari insersi otot bisep.
•    Batang radius
Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radus ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah.
•    Ujung bawah radius
Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan skafoid (os navikular radii ) dan tulang semilunar ( linatum ) dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-ulnar inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius.
b.    Ulna
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
•    Ujung atas ulna
Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku. Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa koronoid dari humerus bila siku dibengkokan.
•    Batang ulna
Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan jar. Otot-otot flexor dating dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan, dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna.
•    Ujung bawah ulna
Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing, prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah.

2.    Indikasi Pemeriksaan

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis untuk mendukung diagnosa kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan ossa antebrachii ditujukan untuk indikasi patologis sebagai berikut :
a.    Trauma ( kecelakaan )
Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan cidera. Yang termasuk trauma adalah :
1)    Fraktur
Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
2)    Fisura
Fisura adalah retak tulang.
3)    Dislokasi
Dislokasi adalah tulang keluar dari mangkok sendi.
4)    Luksasi
Luksasi lebih ringan dari dislokasi.
5)    Ruptur
Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.

b.    Pathologis
1)    Artheritis
Artheritis adalah suatu radang pada persendian.
2)    Osteoma
Osteoma adalah suatu kanker pasa tulang.
c.    Benda asing ( corpus alienum )
Benda asing yatu benda yang tidak seharusnya ada dalam sistem fisiologi, masuknya tidak disengaja atau menyalahi prinsif fisiologi, dan mengganggu sirkulasi tubuh atau sistem fisiologi tubuh. Benda asing pada gambaran radiograf bisa berwarna lusen atau opaq. Berwarna lusen bila berasal dari benda non logam, nomor atomnya lebih rendah seperti kayu, duri, plastik, dan lain-lain. Berwarna opaq bila berasal dari logam, nomor aomnya lebih tinggi dari jaringan sekitar seperti paku, jarum, peluru, dan lain-lain.

3.    Prosedur Pemeriksaan Ossa Antebrachii

Pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan pada ossa antebrachii.
a.    Persiapan Pasien
Pemeriksaan ossa antebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf, seperti gelang.
b.    Persiapan Alat
Adapun persiapan alat pada pemeriksaan ini adalah :
1.    Pesawat sinar-X
2.    Kaset dan Film sesuai ukuran,biasanya memakai ukuran 24 x 30
3.    Marker R / L
4.    Alat proteksi radiasi ( apron, gonad shield, ovarium shield, dan lain-lain )
5.    Pakaian pasien
6.    Alat fiksasi ( sand bag, soft bag )
7.    Alat processing
8.    ID Camera.
c.    Teknik Pemeriksaan Ossa Antebrachii
1.    Proyeksi Antero Posterior ( AP )
Indikasi pemeriksaan : Fraktur, dislokasi pada tulang radius dan ulna. selain itu osteomyelitis dan arthritis.
Posisi Pasien :
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas meja pemeriksaan Full ektensi.
Posisi obyek :
- Kedua lengan lurus di atas kaset.
- Atur ossa antebrachii true AP dengan cara mengukur ketinggian yang sama kedua epicondilus dengan permukaan kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 90 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Kriteria Radiograf :
- Tampak os radius dan ulna dalam posisi tidak superposisi.
- Tampak batas bawah adalah gambaran wrist joint dan batas atas elbow joint.
- Caput radius, ulna dan collum radius dan ulna saling overlaping. Epicondilus medial dan lateral os humerus tidak mengalami elongasi dan foreshotened.




2.    Proyeksi Lateral
Indikasi pemeriksaan :
Fraktur, dislokasi pada tulang radius dan ulna. selain itu osteomyelitis dan arthritis.
Posisi pasien :
Posisi duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
- Atur lengan bawah fleksi 90o dengan lengan atas dengan tepi ulnaris menempel kaset.
- Gunakan alat Fiksasi pada ujung jari tangan.
- Gunakan selalu apron pada pasien.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 90 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Kriteria Radiograf :
- Radus dan ulna tampak superposisi pada bagian distal dengan batas atas elbow joint dan batas bawah wrist joint masuk dalam film.
- Caput radus dan prosesus coronoid overlap.
- Epicondilus humerus superposisi.
- Elbow kelihatan fleksi.
- Softissue dan trabecula tampak dalam gambaran radiograf.


4.    Proteksi Radiasi

Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar-X mempunyai daya tembus yang besar sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi. Oleh sebab itu harus ada suatu usaha proteksi terhadap bahaya radiasi ini, untuk mempertahankan keutuhan dan fungsi jaringan lokal ( setempat ) atau seluruh tubuh. Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturan-peraturan maupun pedoman kerja yang telah ditetapkan oleh Komisi Internasional Proteksi Radiasi dan Badan Tenaga Atom Nasional.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN



1.    Ilustrasi Kasus

Pada saat itu pasien jatuh dan mengalami nyeri gerak di sekitar lengan bawah. Kemudian pasien di bawa ke UGD RS Pertamina Cirebon, setelah itu pasien di kirim ke Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon untuk dirontgen dengan permintaan Foto antebrachii sinistra AP da Lateral.

2.    Prosedur Pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :
a.    Persiapan Pasien :
Membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf, seperti gelang.
b.    Persiapan Alat
1.    Pesawat sinar-X
Merk : HITACHI
Type : Pc 125 AB
Nomor Seri : Kc 16212503
kV Maximum : 124 kV
mA Maximum : 500 mA
2.    Kaset dan Film ukuran 24 x 30
3.    Marker L
4.     Processing Otomatic
5.    Teknik Pemeriksaan
a.    Proyeksi Antero Posterior ( AP )
Indikasi pemeriksaan : Fraktur
Posisi Pasien :
Posisi pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan tangan di atas meja pemeriksaan Full ektensi.
Posisi obyek :
- Lengan kiri lurus di atas kaset.
- Atur ossa antebrachii true AP dengan cara mengukur ketinggian yang sama kedua epicondilus dengan permukaan kaset.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 90 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Faktor Eksposi kV : 40 kV
s : 0,04
mA : 100
b.    Proyeksi Lateral
Indikasi pemeriksaan : Fraktur
Posisi pasien :
Posisi duduk menyamping meja pemeriksaan.
Posisi obyek :
- Atur lengan bawah fleksi 90o dengan lengan atas dengan tepi ulnaris menempel kaset.
Arah sinar :
Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Focus Film Distance ( FFD ) : 90 cm
Central Point ( CP ) : Pada mid antebrachii
Faktor Eksposi :
kV : 40 kV
s : 0,06
mA : 100
Selanjutnya film diproses di kamar gelap dengan menggunakan processing automatic.


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Teknik pemeriksaan ossa antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan ossa antebrachii.
2.    Proyeksi yang digunakan di Instalasi Radiologi RS Pertamina Cirebon sudah sesuai dengan teori yaitu menggunakan proyeksi AP dan Lateral yang sangat membantu seorang dokter radiolog dalam mendiagnosa suatu penyakit.
3.    Pengolahan film sudah menggunakan processing otomatic.

Saran
1.    Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar penderita paham maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan.
2.    Sebaiknya lebih memperhatikan proteksi radiasi agar mengurangi radiasi yang diterima pasien, petugas dan masyarakat umum.